![]() |
Ilustrasi: google.com |
Dalam dua tahun terakhir ini utang pemerintah Indonesia
terus mengalami kenaikan. Berdasarkan
data dari Direktorat
Jenderal Pembiayaan dan Risiko Kementerian
Keuangan, posisi utang pemerintah sudah mencapai Rp 3.549 triliun.
Dikutip dari media kompas.com Menteri Koordinator Perekonomian Darmin
Nasution mengatakan bahwa posisi utang pemerintah itu masih
rendah bila dibandingkan negara lain.
"Kalau soal utang, kita itu satu di antara sedikit
negara yang rasio utangnya terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) cukup
rendah," ujarnya ditemui di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis
(23/3/2017).
Jika dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB)
mencapai Rp 12.406,8 triliun pada akhir tahun lalu. Menunjukkan rasio utang pemerintah mencapai 28,6 persen
dari GDP.
Sementara itu pada kesempatan lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan bahwa rasio utang
terhadap PDB Indonesia lebih rendah dibandingkan negara maju misalnya AS yang
sebesar 108 persen, Jepang 250 persen, dan Jerman 70 persen.
Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, rasio utang
Indonesia juga masih rendah. Rasio utang Filipina dan Australia masing-masing sebesar 36 persen, Malaysia 56 persen, dan Thailand sebesar 44
persen.
Sejak krisis menerpa
Indonesia pada tahun 1998, negara Indonesia sudah memperbaiki dan berbenah
dalam hal sistem perekonomian
menuju arah yang lebih baik. Mengenai soal utang negara Indonesia sudah
termasuk salah satu negara yang tidak banyak utang-nya, lanjut Darmin Nasution
menjelaskan.
Pada kesempatan terpisah yang dilansir dari kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, total sisa utang yang
masih harus ditanggung pemerintah mencapai Rp 195 triliun ditambah Rp 49
triliun. "Itu surat utangnya masih ada sampai sekarang. Masih harus kami
bayar," ujar Sri Mulyani saat menggelar konferensi pers di
Jakarta, Senin (13/3/2017).
Menurutnya
beban utang tersebut hanya sebagian dari total biaya yang ditanggung pemerintah
akibat rusaknya sektor keuangan nasional pasca krisis 1997-1998.
"Saat krisis, sebagaian Anda pasti masih balita.
Tapi 97-98 itu krisis ekonomi dimana biaya untuk membenahi sektor
keuangan itu mencapai 75 persen dari GDP kita," kata Sri Mulyani.
Gubernur Bank
Indonesia (BI) Agus Martowardojo
menilai, krisis 20 tahun silam itu harus dijadikan pelajaran berharga bagi
bangsa untuk menjaga stabilitas sektor keuangan termasuk perbankan di dalamnya.
Apalagi saat ini, 71 persen ekonomi nasional masih
dibiayai oleh perbankan. Bahkan kata Agus, total aset industri jasa keuangan
nasional sudah mencapai Rp 16.000 triliun.
Salah satu upaya untuk menjaga sektor keuangan adalah
memastikan otoritas yang mengawasinya yakni Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dipimpin oleh
orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas tinggi.
Pada Juli 2017 nanti, masa jabatan pimpinan OJK akan
selesai. Presiden Joko Widodo sudah membangun panitia seleksi
untuk mencari calon pimpinan baru otoritas pengawas sektor keuangan itu. Sejak Januari 2017, seleksi
sudah dimulai. Hari ini Presiden Joko
Widodo (Jokowi) sudah menerima 21
nama calon pimpinan OJK periode 2017-2022. Selanjutnya, Presiden akan
memilih 14 nama dan akan disampaikan kepada DPR untuk uji kelayakan dan
kepatutan. Nantinya
DPR hanya memilih 7 nama yang akan menduduki kursi pimpinan OJK selama 5 tahun
ke depan.
Semoga pada masa pemerintah
Joko Widodo ini Indonesia mengalami perubahan yang signifikan ke arah yang
lebih baik. Harapannya “revolusi mental” yang didengungkan sejak awal
mencalonkan menjadi presiden Indonesia terbukti dapat mengikis mental-mental
korup dari sebagain pemimpin negeri ini. Seyogianya jabatan adalah sebuah
amanah dari rakyat yang harus dijungjung teguh dan dijalankan dengan penuh
martabat. Harapan rakyat negeri ini hanyalah pemerataan keadilan dan
kesejahteraan bagi hajat orang banyak sesuai dengan amanat UUD 1945 dan
semangat Pancasila yang menjadi pedoman serta landasan negara. (AR. Rahadian)
Labels:
catatan ringan
Thanks for reading Utang Indonesia Mencapai 3.549 Triliun. Please share...!
0 Comment for "Utang Indonesia Mencapai 3.549 Triliun"