Bogor
tidak pernah sepi, jalanan selalu ramai dan dipadati dengan kendaraan bernomor
polisi B, baik itu roda dua maupun roda empat. Apalagi disaat week end seperti
ini, sudah pasti “Pa Rambo” alias padat merayap bro!.
Tak
usah dipikir lama, rasa peningnya mending segera di obati sama kuliner khas
Kota Hujan ini. Saat kepala terasa pening setelah melewati medan yang padat
merayap rasanya tak salah jika di awali dengan menyantap yang segar dan bikin
Joss semangat.
Apalagi
kalo bukan Asinan Bogor Asinan khas kota Bogor ini terbagi 2 macam, asinan buah dan asinan sayur. Asinan buah terdiri dari potongan buah-buahan yang direndam dengan air gula. Ada pepaya, kedondong, bengkoang, jambu, ubi, salak dan beberapa buah lainnya.
Tak salah memang, rasanya segar dan renyah. Aromanya
juga tidak menyengat. "Gulanya gula pasir biasa. Bukan gula biang. Yang penting tanpa pengawet.
Kalau bahannya jelek hasilnya nggak akan segar," ujarnya.
Asinan sayur terdiri dari campuran sayur segar tanpa direndam dengan air apapun seperti kol, timun, wortel, dan toge. Sayuran
hanya dicuci bersih. Saat akan disantap, baru buah-buahan atau sayuran dicampur dengan kuah asinan.
Tak heran rasa dasar asinan ini memang pedas asam. Wah, benar- benar segar rasanya. Dijamin bisa bikin mata melek. Sayuran
yang segar dimakan dengan kuah pedas. Kalau buah, rasa manisnya ditabrak dengan pedas dan
asam
dari kuahnya. Campuran hasil alam yang segar mengalahkan rasanya itu sendiri.
Asinan Sedap Gedung Dalam berada di kawasan Sukasari sudah berdiri sejak 10 November 1984 . Hampir semua orang Bogor tahu di mana letak Asinan Sedap. Setiap hari selalu ramai pembeli. Apalagi kalau akhir pekan, mobil dan bus besar
sulit mendapatkan parkir. Jalanan sekitarnya juga macet. Pembeli sampai mengantre.
Harga yang ditawarkan juga tidak mahal. Satu plastik asinan buah atau sayur harganya Rp 19.000.
Untuk kuah campuran kacang Rp 22.000. Kalau mau satuan, pelanggan bisa juga membeli minuman manisan buah satuan seperti manisan mangga, pala, dan salak. Manisan ini dikemas di gelas plastik.
Rasa pening
sudah terobati sudah, saatnya berpetualang lagi memburu kuliner khas kota
hujan. Bukan saja mencetak kuliner yang khas dan bertahan sepanjang masa, kota
Bogor juga telah mencetak beberapa Artis Top yang menjadi diva pada masanya
sebut saja salahsatunya Si Burung Camar Vina Panduwinata yang merupakan asli
orang Bogor kelahiran Panaragan sebuah kelurahan dekat Jembatan Merah.
Kembali ke
perburuan selanjutnya dimana menurut info di daerah sukasari, pecinan-nya kota
Bogor. Ada kuliner khas yang sudah beredar sejak jaman Bemo berkeliaran.
Panganan
ini sangat khas dan tergolong langka alias rada sulit ditemukan. Info yang
didapatkan panganan ini sejenis sate apa gimana gitu, bikin penasaran sebab
cerita kawan ini panganan bikin ketagihan.
Cungkring,
dari namanya mungkin kurang menggugah selera, tetapi ketika disajikan dijamin
Anda tak sabar menyantapnya. Berbahan dasar kaki sapi, hidangan ini dijajakan
menggunakan panggulan oleh Deden.
Warga
sekitar biasa memanggilnya kang Deden, pria berusia kepala tiga ini sudah dua
tahun menggantikan bapaknya yang berjualan cungkring sejak 1975.
Cungkring
Pak Jumat, begitu nama yang terkenal sejak 41 tahun lalu, dahulu ayahnya
berkeliling memanggul dagangan. Namun sejak 2004, pelanggannya yang
menghampirinya di Jalan Surya Kencana.
Cungkring
merupakan salah satu panganan khas Bogor yang hanya ada di beberapa tempat. Namun,
banyak ditemukan sate kulit sapi yang menggunakan nama cungkring. Menurut,
Deden itu keliru, cungkring yang asli menggunakan beberapa bagian kaki sapi dan
tidak ditusuk seperti sate.
Dengan
hangat Kang Deden akan menawarkan pembeli memilih empat jenis cungkring, yaitu
kikil, kulit, dampal, dan urat dengan masing masing potongnya seharga Rp 5.000.
Ia mengatakan bagian paling laku ialah urat kaki sapi, teksturnya yang kasar
seperti urat daging membuat nikmat ketika dikunyah.
Hmmm,
penampilannya sangat menggugah selera. Deden pum memberikan tusukan kayu guna
menyantap hidangan tersebut. Sayangnya bagi pembeli yang tidak membawa
kendaraan akan bingung mencari tempat duduk, alhasil harus duduk di bahu jalan
(trotoar) atau menumpang bagasi mobil pelanggan lain. Tapi tak apalah sambil
nangkring kaya burung tapi terbayarkan dengan nikmat dan sedapnya ini kuliner.
Bumbu
kacangnya seperti kupat tahu, butiran kacang yang digiling kasar masih terasa di
gigitan, cabai merah dan hijau pun menghiasinya. Selain itu disediakan juga keripik sebagai campurannya
dan menyantapnya bersamaan dengan kikil dan lontong.
Benar-benar kombinasi yang pas. Kikil dan lontong yang lembut, ditambah
renyahnya keripik dan bumbu yang gurih pedas, merupakan citarasa cungkring
dalam sekali suapan.
Satu
porsi cungkring lengkap dengan lontong, dua keripik tempe, dan dua potong
bagian kaki sapi dijual Rp. 15.000. letak kuliner satunya sebelum perempatan
Gang Aut sebelah kiri jalan Suryakencana ke arah Puncak. Yakin bakal kagak
nyesel dan bakalan “I’ll be back!” persis kata Arnold dalam terminator.
Setelah
berpusing-pusing dan sempat mampir ke daerah Tajur atas permintaan ibu negara
yang merengek kepengen ganti tas model terbaru. Penghuni perut sudah menendang
minta diempanin lagi, sepakat kita “hunting” kuliner yang jadi ciri khas kota
Bogor. Kalau makan fast food sih gak seru! Mumpung di kota Hujan kenapa tidak
mencari makanan yang khas yang tidak ada ditempat asal kita.
Perburuan
agak sedikit ke arah utara kota Bogor, setelah melewati balai kota dan Istana
Bogor sampai dah di tujuan.
Toge
goreng disini menurut info dari kawan
katanya enak dan mengalahkan sang legendaris Toge Pak Gebro.
Toge goreng Haji Omah buka setiap hari mulai jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Warung yang terletak di kawasan
Bogor Permai ini tak pernah sepi pelanggan. Yang datang bukan hanya orang
Bogor tapi juga dari luar kota.
Apalagi hari Sabtu dan Minggu, pengunjung didominasi pelancong dari Jakarta.
Rahasia enaknya
toge goreng disini terletak di citarasa tauco-nya. Menurut Firman pengelola
warung yang merupakan generasi ketiga dari Haji Omah, tauco dibuat sendiri
sehingga menghasilkan tauco dengan kualitas yang terbaik.
Tauco sendiri adalah sebangsa bumbu
dasar makanan yang terbuat dari biji kedelai. Diolah dengan campuran tepung dan direndam dengan air garam. Salah satu yang khas dari tauco adalah aromanya yang tajam. Kadang orang menyamakan
aromanya dengan bau terasi
Beberapa daerah di Indonesia menghasilkan tauco dengan
ciri khas masing–masing. Tauco dari Sumatera berbeda dengan
tauco dari Jawa. Ada juga tauco yang dari Kalimantan. Bukan hanya di Indonesia, tauco juga menjadi bumbu dasar masakan
yang cukup digemari di beberapa negara di Asia, antara lain Tiongkok dan Jepang.
Aroma tauco-nya memang tidak menyengat
seperti tauco kebanyakan. Saat disantap, rasa khas tauconya sangat kuat.
Dicampur tahu, toge, dan ketupat, membuat rasa Toge Goreng khas Bogor ini menjadi segar. Bila ingin pedas, bisa ditambah sambal. Toge- nya direbus dengan kayu bakar. Agar aroma toge-nya
enak saat dicampur dan merupakan tradisi lama
yang tidak ubah hingga sekarang. Harga Toge Goreng Haji Omah juga cukup bersahabat yaitu Rp 14.000 per porsi.
Toge goreng adalah salah satu makanan khas kota hujan, Bogor. Makanan ini mudah ditemui di berbagai sudut kota yang letaknya di perbatasan Jakarta dan Jawa Barat.
Perut terasa
tak ada kenyangnya di kota hujan ini selalu saja dibuat lapar ditambah
suasananya yang bikin enak nampol banget buat manjain perut. Bidikan kuliner
selanjutnya yang tak kalah khas adalah “Doclang”.
Aneh bingit
namanya, kagak salahkah? Ternyata tidak ada yang salah mas bro! Panganan yang
satu ini mirip kupat tahu dengan bumbu kacang tetapi citarasa bumbunya beda
dengan kupat tahu.
Doclang merupakan salah satu kuliner khas dari Bogor. Potongan lontong yang khas dibungkus dengan daun patat, ditemani oleh tahu goreng, kentang rebus dan telur rebus kemudian diguyur bumbu kacang manis. Taburan bawang goreng dan kerupuk menjadi pelengkap penyempurna.
Kuliner yang satu ini memang banyak di jumpai di kota
Bogor, seperti di Jembatan Merah yang buka 24 jam nonstop, di Manterena
atau Sukasari. Walaupun terbuat dari
bahan yang sama namun memiliki ciri khas masing-masing.
Seperti Doclang Pak Odik yang berada di Jl. Pasir Kuda seberang
perumahan Villa Kebun Raya, tidak jauh dari Pondok Pesantren (Ponpes) AlIhya Bogor.
Bumbu kacang menjadi kunci keunggulan dari Doclang Pak
Odik ini, rasa legit yang pas dengan butiran kacang yang tidak tergerus halus memberikan sensasi yang berbeda ketika menyantap doclang di tempat ini. Satu porsi doclang bisa kita nikmati seharga Rp. 8000 tanpa telur, sedangkan kalau menggunakan telur cukup tambahkan 2000 rupiah.
Doclang biasanya disantap
sebagai sarapan pagi dan pengganjal perut dikala sore. Biasanya orag Bogor yang
bekerja di Jakarta, sebelum masuk statsiun kereta api sarapan doclang di
jembatan merah dan pulangnya terbiasa pula “ganjal perut” dengan doclang.
Ah sudahlah mau buat sarapan pagi atau ganjal perut gak
peduli, yang terpenting rasa penasaran telah terobati dengan citarasa yang
mantap bro!. Doclang ternyata bikin lidah tak bisa berbohong kalau emang enak
bin lezat.
Sebelum kembali ke alam dan habitat, rencananya akan
kembali ke daerah Gang Aut. Ternyata dari Pasir Kuda tidak jauh ke arah tujuan.
Jika kuatir ke sasar dan gak percaya sama GPS, cukup ikutin jalur angkot nomor
trayek 14 yang melewati arah ke Bondongan, Gedong Dalam Suryakencana Bogor.
Apa yang diburu sekarang?
Sebagai penutup petualan kuliner week yang di sasar
adalah panganan yang bernama “Laksa”. Panganan ini sebetulnya bukan hanya ada
di Bogor tetapi juga dibeberapa tempat di Indonesia. Bahkan di Malaysia dan
Singapura juga adanya yang namanya laksa.
Apa yang membedakan laksa di Bogor dengan yang lainnya?
Laksa Gang Aut ini dinamakan seperti itu sesuai dengan
nama tempat mangkalnya. Warung kaki lima ini sudah lebih dari lima tahun
mangkal disini sebelumnya berpindah-pindah tempat.
Warung yang dikelola oleh Pak Wahyu ini selalu ramai
dikunjungi pelanggannya. Apalagi disaat week end seperti ini diwajibkan musti
sabar untuk mengantri.
Pak Wahyu sangat ramah menyapa pelanggannya, dan
senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik.mungkin ini juga faktor yang
membuat pelanggan betah dan loyal, bukan semata karena laksanya enak tetapi
pelayanannya ini yang bikin “nyaman”.
Berbeda dengan
beberapa laksa yang pernah saya makan
sebelumnya, kuah laksa ini memiliki
rasa ‘yang tidak sembarangan’. Jika kuah laksa di beberapa
daerah terbuat
dari
santan, maka laksa ini terbuat dari kelapa yang di rebus dalam jangka waktu yang cukup lama. Hasilnya? ketika disajikan kita akan
melihat adanya jejak parutan kelapa yang
jika termakan dapat memberikan sensasi kres
yang gurih dan wangi.
Perbedaan mencolok dari laksa Bogor dengan
laksa dibeberapa tempat terletak pada keberadaan oncom tempe. Oncom tempe
inilah yang memberikan sensasi rasa gurih dan nikmat dilidah. Sehingga dengan
adanya oncom tempe ini tidak membutuhkan lagi MSG, jadi makanan ini sehat bro!.
Dengan penyajian yang sangat rapi ditata
sedemikian rupa membuat laksa ini tampak cantik. Pak Wahyu mengerjakan segala
sesuatunya dengan cinta, kasih dan ikhlas jadi wajar jika laksanya tampak
sangat menarik dan rasanya ingin cepat disantap. Isiannya sendiri cukup banyak, mulai dari ketupat, tahu, telor dan tauge. Dan kenikmatan ini cukup dibayar dengan harga Rp. 7.000 saja.
Ehmm...sungguh luarbiasa nikmatnya hari ini. Penuh
dengan kejutan dan sensasi rasa, bikin lidah betah berrgoyang. Banyak panganan
yang luarbiasa enak sekali di kota Bogor ini dan yang bikin senang nggak bikin
kantong jebol. Murah, meriah, nikmat tetapi tidak asalan rasa dan
penmapilannya. Pas kalau di bilang makanan kaki lima tapi rasa bintang lima. Mantap
mas bro!
Labels:
feature
Thanks for reading Kuliner Favorit di Bogor. Please share...!
0 Comment for "Kuliner Favorit di Bogor"