![]() |
Ilustrasi : google.com |
Keripik singkong sebenarnya bukan kuliner
anyar dalam khasanah makanan khas Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan
hasil singkong yang melimpah, tak heran kalau kita memang juga kaya akan
beragam sajian dengan bahan singkong.keripik telah ada sejak lama dan panganan
ini merupakan ‘camilan’ yang sangat digemari oleh berbagai kalangan. Camilan
yang pas di saat ngopi atau pun di ngobrobrol santai bersama rekan dan
keluarga.
Dari fakta inilah kemudian usaha keripik
singkong terus bertahan dan tak lekang olah perkembangan jaman. Malah semakin
hari, usaha keripik singkong semakin mampu beradaptasi dengan perkembangan
selera dan trend. Meski kerap kali dianggap remeh, nyatanya ketika sekantung
keripik singkong disajikan di depan Anda, tak lama pasti akan tandas begitu
saja. Keripik singkong memang sering dianggap makanan biasa yang tidak
istimewa, tetapi selalu mampu membuat penikmatnya tidak bisa berhenti makan
sampai keping terakhirnya. Terkesan berlebihan, tetapi nyatanya memang itulah
kekuatan dari keripik singkong.
Itu sebabnya, meski kadang tidak disadari,
justru usaha keripik singkong bisa menjadi potensi yang mampu menghasilkan pundi-pundi
uang. Fakta ini dibuktikan oleh seorang pelaku usaha keripik singkong asli
Kulonprogo, Asmiadi. Pria paruh baya dengan 3 orang anak ini memiliki sebuah
usaha produksi keripik singkong di rumahnya. Meski hanya dijalankan di rumah,
dalam 1 hari beliau bisa memproduksi setidaknya 300 kg keripik singkong jadi
yang siap dipasarkan ke beberapa penjual penganan kecil di berbagai kota. Dalam
satu bulan tak kurang dari 40 juta omset berhasil dihasilkan dari keripik
singkong.
Ide usaha keripik ini berawal dari
ketertarikannya pada keripik singkong buatan sang istri yang menurutnya sangat
enak dan renyah, Asmiadi sendiri awalnya hanya seorang petani cokelat seperti
kebanyakan warga di desanya. Dari keripik olahan istrinya yang sangat
‘menggoda’ lidah Asmiadi, ia pun berencana untuk menjadikan ‘resep keripik’
istrinya sebagai usaha sampingan yang dapat manambah perekonomian keluarga. Sebagai
petani cokelat, dan menjadi menjadi anggota sebuah koperasi biji cokelat yang
mensuplai salah satu brand cokelat di Indonesia, tentunya sudah membuat Asmiadi
memiliki penghasilan tetap. Sayangnya cokelat produksi Kulonprogo bukan jenis
cokelat kualitas tinggi, jadi harga jualnya tak terlalu baik. Jadilah meski
sukses memproduksi biji cokelat dalam jumlah besar, namun tak lantas mampu memberikan
kecukupan kepada keluarganya.
Itu sebabnya Asmiadi membutuhkan usaha
tambahan untuk menambah penghasilan keluarganya. Dari sinilah dengan modal 50
ribu, Asmiadi mulai memproduksi keripik singkong pertamanya. Beruntung tak
sulit menemukan suplai singkong untuk keripik singkong buatan Asmiadi. Pasalnya
kawasan pegunungan Samigaluh tempat Asmiadi tinggal sendiri memang penghasil
singkong selain juga menghasilkan biji cokelat dan cengkeh.
Untuk memasarkan produknya, Asmiadi sendiri
yang mengantarkan keripik singkongnya ke pasar di kawasan Kali Bawang dan
Samigaluh. Dari hanya memproduksi sekitar 10 kg tiap 3 hari sekali, sampai
akhirnya permintaan terus meningkat menjadi 10 kg tiap hari. Rutinitas itu ia
jalani dengan harapan beroleh peningkatan omset penjualan disuatu saat. Kesempatan
besar itu akhirnya datang, ketika seorang mahasiswa yang tengah menjalankan KKN
di kawasan Samigaluh menawarkan kerjasama untuk menjadi supplier untuk toko
makanan kecil yang mahasiswa itu jalankan.
Rupanya dari jalan inilah, akhirnya Asmiadi
berhasil membuka jalur penjualan ke kota Yogya. Asmiadi melihat adanya peluang
dari pasar toko makanan kecil yang memang berlimpah di kota Yogya. Asmiadi
mulai melancarkan pemasaran dengan membuat sampel produk dalam kemasan kecil
dan menawarkannya ke beberapa penjaja dan toko makanan kecil di seluruh Yogya.
Tak ragu Asmiadi masuk dari pasar ke pasar sampai masuk ke beberapa kawasan
supermarket kelas menengah yang memang tersebar luas di kota ini.
Meski beberapa kali ditolak terbukti upayanya
ini tidak sia-sia sama sekali. Beberapa pemesanan masuk sampai akhirnya
sebagian besar beralih menjadi pelanggan yang mengambil stok keripik singkong
setidaknya 2 -3 kali dalam satu minggu. Perlu proses 2,5 tahun untuk akhirnya
membuat Asmiadi berhasil menjual dalam kapasitas yang dimilikinya saat ini.
Saat ini demi memenuhi kebutuhan kapasitas, beliau membeli lahan di sisi lain
rumahnya untuk membuat dapur khusus untuk usaha keripik singkong miliknya.
Asmiadi juga merekrut sekitar 10 karyawan baik untuk tenaga produksi maupun
untuk penjualan.
Labels:
feature
Thanks for reading Modal Minim Raup Sukses . Please share...!
0 Comment for "Modal Minim Raup Sukses "